Saturday 4 February 2012

Bersempena Dengan Maulidur Rasul 12 Rabi'ul Awal 1433


Walau sebagus mana pon kita bergelar umat Islam tapi kita tidak akan sampai ke tahap ini tanpa adanya segala penat lelah Rasulullah S.A.W medirikan Islam itu sendiri...

~H

Monday 16 January 2012

Jawapan Imam Abu Hanifah kpd golongan Atheis

IMAM ABU HANIFAH R.A menjawab pertanyaan para Atheis :

I. Bila Allah itu ada?

Atheis : Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman: "Dia (Allah) tidak melahirkan dan tidak dilahirkan."
Atheis : Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu.
Atheis : Kami mohon diberi contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis : Angka Tiga
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis : Angka dua
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis : Angka satu
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah Yang Maha Satu yang hakiki, tidak ada yang mendahului-Nya?

Ada yg bilang ad -1,-2,-3....tapi tetep aja kn baliknya ke angka 1

II. Maksud Allah Menghadap Wajahnya

Atheis : Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah : Kalau kalian membawa lampu di gelap malam,kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis : Ke seluruh penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma
buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala, nur cahaya langit dan bumi?

III. Zat Allah SWT

Atheis : Tunjukkan kepada kami tentang zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkah kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis : Ya, pernah.
Abu Hanifah : Semula ia berbicara dengan kalian dan mengge rak-gerakkan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam dan tidak bergerak. Nah apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena nyawanya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya nyawa itu kalian masih ada disana?
Atheis : Ya, kami masih ada
Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah nyawanya itu benda padat, seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Atheis : Entahlahlah kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk nyawa yang hanya sebuah makhluk, bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!

IV. Dimana Allah SWT

Atheis : Dimana kira-kira Robbmu itu berada?
Abu Hanifah : Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau dalam susu itu terdapat zat minyaknya (lemak)
Atheis : Tentu
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan padaku, dimana adanya Zat minyak itu
Atheis : Membaur dalam seluruh bagiannya
Abu Hanifah : Kalau minyak yang makhluk itu tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah ta'ala?

V. Takdir Allah SWT

Atheis : Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini?
Abu Hanifah : Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan
Atheis : Kalau orang masuk syurga ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Hitungan angka pun ada awalnya tapi tidak ada akhirnya
Atheis : Bagaimana kita bisa makan dan minum disyurga tanpa buang air besar dan kecil?
Abu Hanifah : Kalian sudah mempraktekkannya ketika kalian berada di dalam perut ibu kalian. Hidup dan makan-minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita
lakukan hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak,seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.

VI. Bukti Adanya Allah

Atheis : Perlihatkan bukti keberadaan Robbmu kalau memang dia ada

Abu Hanifah ra berbisik kepada khadamnya agar mengambil tanah liat, lalu dilemparkannya tanah liat itu ke kepala pemimpin orang atheis itu. Para hadirin gelisah melihat peristiwa itu, khawatir terjadi keributan, tetapi Abu Hanifah menjelaskan bahwa hal ini dalam rangka untuk menjelaskan jawaban yang di minta kepadanya. Hal ini membuat orang atheis mengenyitkan dahi.

Abu Hanifah : Apakah lemparan itu menimbulkan rasa sakit di kepala anda?
Atheis : Ya, tentu saja.
Abu Hanifah : Dimana letak sakitnya?
Atheis : Ya, ada pada luka ini.
Abu Hanifah : Tunjukkanlah padaku bahwa sakitnya itu memang ada, baru akan menunjukkan kepadamu dimana Robbku!

Orang atheis itu tidak menjawab tentu saja tidak bisa menunjukkan rasa sakitnya, karena itu adalah suatu rasa dan ghaib tapi rasa sakit itu memang ada.

Atheis : Baik dan buruk sudah ditakdirkan sejak azal, tetapi kenapa ada pahala dan siksa?
Abu hanifah : Kalau anda sudah mengerti bahwa baik dan buruk itu bagian takdir, mengapa anda kini menuntut aku agar di hukum karena melempar tanah liat ke dahi anda? bukankah perbuatan itu bagian dari takdir?

Akhirnya perdebatan itu berakhir dengan masuk Islamnya para atheis tersebut di tangan Al Imam Abu Hanifah Radhiallahu.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA
~NAJAH~

sedarlah insan

assalamu'alaikum buat sahabat-sahabatku.....
di sini ana nak share satu  video yang ana rasa perlu untuk kita muhasabah diri ini.....
bersama mengambil kata-kata dalam lirik yang terkandung....
bila ana dengar nasyid ini, sangat terasa diri ini sangat kerdil dengan dosa-dosa yang telah banyak dilakukan sepanjang nikmat umur yang dianugerahkanNya......

teman, hidup ini sangat singkat...
ana tahu anda semua insan-insan yang jauh sangat hebat berbanding diri ana ini.....
bersama muhasabah diri,
waktu untuk kita hidup sudah semakin singkat....
semoga kita terus thabat dalam perjuangan ini.....
doakan kebersamaan bersama..... 




Duhai insan sedarlah dirimu 
Ke mana akan pergi selepas hidup ini 
Sudahkah bersedia dirimu ke sana 
Membawa amal mulia atau dosa-dosa 

Di sana tangisan tiada guna 
Rayuan tiada diterima 
Jasad kesakitan menangung azab 
Atas perbuatan hidup di dunia 

Di sana tempat kita kembali 
Hamba yang berdosa akan dihukumi 
Hamba yang mulia akan dirahmati 
Sebagai anugerah dari Ilahi 

hasil tinta:
aini Q13  ^_^

Surat buat Sahabat Seperjuangan

Sahabatku,

Ingatlah ketika mana kamu menghayunkan langkah pertemuan ke kancah perjuangan ini, kamu tidak pernah dijanjikan dengan sebarang kemewahan dan keuntungan duniawi, sebaliknya kamu akan mewarisi segala mehnah perjuangan iaitu kesusahan dan penderitaan. Semuanya itu sebagai kayu pengukur untuk menentukan kejayaan kamu sama ada kamu akan terus bersama perjuangan ataupun sebaliknya. Ingatlah kata-kata seorang pendita Waraqah bin Naufal ketika wahyu pertama di turunkan kepada nabi (s.a.w) “ kaummu pasti mengusirmu”. Memang benar setiap nabi yang membawa risalah pasti menerima ujian dalam bentuk penyeksaan dari kaun sendiri. Namun begitu, keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap Allah yang Esa tidak sedikit pun merubah keimanan mereka. Oleh itu, wahai pendokong risalah benamkanlah segala lipatan sejarah lalu itu dalam sanubarimu, biar ia terus membara dan membakar jiwa yang lemah dan agar nur jihad terpancar di dalam dirimu untuk bersama-sama sof mujahid.

Awas serta ingatlah.......
Mujahid dakwah memerlukan jutaan kesabaran dan pengorbanan kerana jalan yang dilaluinya pasti menempuhi duri dan ranjau yang kekadangnya kita rebah di pertengahan jalan. Dan ... sudah pastinya kita dilambai-lambai oleh tangan-tangan yang sasa yang bersedia menghayun ke badan lemah, pintu penjara, bilik kurung kecil yang tersedia ternganga, peluru maut dan tali gantung yang sedia menanti.

Fiman Allah taala yang bermaksud ; “Apakah kamu mengira akan masuk ke syurga sedangkan kepadamu belum datang sebagai apa yang diertikan oleh orang yang terdahulu daripada kamu iaitu mereka yang ditimpa kesengsasaraan, Kemelaratan dan kegersangan sehingga rasul bersama orang yang beriman mengatakan : Bilakah datangnya pertolongan Allah ? Ingatlah ...... sesungguhnya pertolongan Allah sudah dekat.

Wahai Sohibud Dakwah..........
Jalan menuju syurga bukannya mudah. Telah terbentang dalam lipatan sejarah pembuktian pengorbanan perwira-perwira mujahid yang terpaksa mengalir air mata darah serta nyawa sebagai tebusan sebagaimana yang berlaku kepada Hassan Al- Banna Syed Qutb dan pejuang-pejuang islam yang lain. Semua ini dilakukan semata-mata untuk mendapatkan keredhaan illahi dan kecintaan mereka terhadap akhirat yang menjanjikan kemenangan dan kemulian iaitu syurga yang mengalirnya sungai-sungai serta nikmat yang pelbagai lagi. Begitulah jika diteliti bagaimana Syed Qutb mengarang kitab “Fi Zilal Quran” yang terpaksa meringkuk dalam penjara api demi semangat jihadnya untuk mengajak menusia kwmbali kepada Allah meskipun berada dalam penjara. Antara lain beliau menyebut “ Aku sayangkan kitab ini. Aku menulis kitab ini dengan air mata darah, maka bacalah ia”

Kemudian perhatikan imam Ahmad Ibnu Hambal dalam menegakkan kebenaran di hadapan seorang raja yang zalim meskipun terpaksa menahan kesakitan akibat di pukul di belakangnya sehingga mengalir darah sebelum du humban de halam penjara. Namun beliau tetap bertegas, “ JIKA SEORANG YANG TAHU, DIAM KERANA HENDAK MENYELAMATKAN DIRINYA, MAKA ORANG YANG TIDAK TAHU AKAN TERUS TIDAK TAHU, BILAKAH KEBENARAN ITU AKAN DINYATAKAN”.

Mujahid Jamaluddin Al- Afghani pada abad ke -14 pernah menyebut “KETAHUILAH, SEKIRANYA AKU DI PENJARA, MAKA PENJARA ITU SEBAGAI TEMPAT AKU MENGHAMPIRKAN DIRI DENGAN ALLAH, JIKA AKU DIBUANG NEGERI, MAKA AKU BERPELUANG MELAWAT NEGARA LAIN, DAN JIKA DI BUNUH, MAKA SENTUHAN SYAHID YANG AKU CITA-CITAKAN”.

Justeru itu, marilah kita sama-sama menghadapi pahit getir perjuangan ini. Meskipun terpaksa mengadaikan jasad sebagai umpan untuk menyemarakkan lagi api perjuangan islam iaitu mati syahid, untuk mencari bedadari di dalam syurga yang sedia menanti dengan senyuman.
Inilah satu ganjaran yang paling manis dianugerahkan Allah pada hamba-hambanya yang berjuang di jalannya.

“Wassalam”

“ KHUSUS BUAT DIRI ANDA SENDIRI
DAN PEJUANG-PEJUANG ISLAM SERTA
MEREKA YANG BERCITA-CITA INGIN
MENJADI PENOLONG AGAMA ALLAH”

-copied from maktabah-

Monday 26 December 2011

Sibghah Allah

NAMPAKKAN SIBGHAH ALLAH



SIBGHAH artinya celupan. Di masa lalu tradisi orang-orang nashrani Arab biasa mencelupkan anak-anak mereka ke dalam air yang diberi warna dimaksud agar anak tersebut menjadi suci dan bersih dari dosa. Hal ini mereka lakukan berdasarkan pandangan mereka yang keliru mengenai al-insan. Menurut mereka manusia lahir dengan membawa dosa yang dilakukan oleh kakek dan nenek mereka, Adam dan Hawa. Upacara pencelupan itu dikenal dengan upacara pembabtisan. Seusai upacara ini biasanya mereka mengucapkan: “Sekarang kau telah menjadi putera nashrani sebenarnya”. Ayat diatas membantah tradisi nashrani itu. Celupkanlah diri dan keluargamu dalam shibghotullah, yakni al-Islam sebagai satu-satunya shibghah yang telah diridhai-Nya. Ad-dien yang sesuai dengan fitrah kejadianmu. Dengan mencelupkan diri ke dalam fitrah kejadianmu yang suci dan tak berdosa itu akan terpelihara. Dan hatimu akan terisi penuh denga ajaran-ajaran sibghah ini, sehingga ibarat selembar kain yang dicelupkan pada air yang diberi warna, maka warna itu akan meresap kesemua bagian dari kain tersebut dan kain tersebut menampakkan warna tertentu sesuai denga zat warna yang dicampur kedalamnya.

Shibghah atau agama Allah yang dikehendaki sebagai risalah-Nya yang terakhir yang ditunjukkan kepada segenap manusia yang dimaksud untuk tegaknya wihdah insaniyah, kesatuan manusia yang memiliki pandangan luas, tidak berpikir sempit, tidak bersifat dengki dan dendam, tidak membedakan manusia berdasarkan jenis golongan atau ras serta warna kulit tertentu.

Bagaimanakah shibghah itu akan tampak dalam kehidupan individu yang mencelupkan diri ke dalamnya? Individu itu akan bersifat seperti ayat berikut ini : Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu.(At-taubah : 112)

1. At-Taibun (bertaubat)

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Ali Imran : 133) Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Ali Imran : 133) lihat Qs.3:135

2. Al-‘Abidun (beribadah) yakni menimbang segala sesuatunya dengan al-Islam.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz Dzariat : 162) Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (Al An’am : 162)

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

(An Nuur : 51)

3. Al Hamidun (selalu memuji Allah) yakni memperhatikan dan memfungsikan alam.

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat ? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita ? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita ? kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. (Nuh : 15-18) lihat Qs. Al An’am:95-99, Al Baqarah : 152, Ibrahim :7
4. As Saa’ihun (penjelajahan dengan menggunakan nalar dan hati untuk memahami alam dan sejarah kehidupan)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran :190-191) lihat Qs.An Nahl : 36, Fatir 28
5. Ar Raki’un As Sajidun (ruku’ dan sujud untuk mengokohkan hubungan dan memperbaikinya)

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo`a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (As sajadah : 16) lihat Qs. An Nuur 37, Adz Dzariat 17-18
6. Al Aamiruna bil ma’ruf wan nahuna ‘anil munkar (bersifat sebagai hudwah)

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. ( Ali Imran : 104) lihat Qs. At Taubah 122

7 Al Hafizhuna lihududilah (menjaga ketentuan-ketentuan Allah dalam diri, rumah tangga dan masyarakat)

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

(An Nuur : 51) lihat Qs.An Nisa 65
Wallahu A’lam bish-Showab

Disalin dari majalah al muslimun No.272

Monday 12 December 2011

BERSABARLAH DUHAI TEMAN.....

MUHASABAH...
Rahmat Ujian...

Dalam derita ada bahagia
Dalam gembira mungkin terselit duka
Tak siapa tahu
Tak siapa pinta ujian bertamu

Bibir mudah mengucap sabar
Tapi hatilah yang remuk menderita
Insan memandang
Mempunyai berbagai tafsiran

Segala takdir
Terimalah dengan hati yang terbuka
Walau terseksa ada hikmahnya

Harus ada rasa bersyukur
Di setiap kali ujian menjelma
Itu jelasnya membuktikan
Allah mengasihimu setiap masa
Diuji tahap keimanan
Sedangkan ramai terbiar dilalaikan
Hanya yang terpilih sahaja
Antara berjuta mendapat rahmatNya

Allah rindu mendengarkan
Rintihanmu berpanjangan
Bersyukurlah dan tabahlah menghadapi

Segala takdir
Terimalah dengan hati yang terbuka
Walau terseksa ada hikmahnya

Allah rindu mendengarkan
Rintihanmu berpanjangan
Bersyukurlah dan tabahlah menghadapi
Segala ujian diberi
Maka bersyukurlah selalu

Saturday 10 December 2011

Jenayah Akademik Aktivis Dakwah

Assalamualaikum..debaran final kian terasa buat shbt2 degree..sedikit perkongsian dr ustz hasrizal...moga leh motivated shbt2 y kian kelesuan..

“Insya Allah kalau kita bersusah payah dengan dakwah dan tolong agama Allah, nescaya Allah akan tolong kita”, kata seorang exco dakwah di sebuah kampus.

Kata-katanya itu sedap didengar, tetapi realitinya separuh benar separuh batil.

DULU-DULU

Dulu-dulu saya pernah membaca majalah sebuah gerakan dakwah yang kini sudah diharamkan. Ada sebuah artikel menceritakan bagaimana seorang siswi yang aktif berdakwah hingga tidak sempat membuat persiapan untuk peperiksaannya, telah bertawassul dengan nama mursyid jemaah beliau lalu tertidur di dewan peperiksaan. Sebaik sahaja siswi itu terjaga, kertas peperiksaannya sudah penuh dengan jawapan dan beliau mendapat keputusan yang cemerlang!

Itu kalau versi ‘hikayat menjadi’.

Bagi yang tidak menjadi, pernah di suatu era, ada aktivis dakwah yang menganggap kesanggupan menggagalkan diri dari pengajian atas nama dakwah adalah satu PENGORBANAN yang ditabik rakan sepasukan.

Kita tolong Allah, Allah akan tolong kita… mudah sahaja sifirnya.

Contoh-contoh ekstrim begitu adalah fenomena biasa di era 70′an dan 80′an. Era orang mencampak televisyen ke sungai kerana ‘membenci dunia’.

HARI INI

Namun hari ini, contoh begitu mungkin sudah tidak sebegitu biasa kita dengar. Perbuatan membuang pengajian atau pekerjaan kerana mahu berdakwah sudah jarang-jarang sekali sampai ke telinga kita. Akan tetapi, sikap yang berlegar pada mindset yang sama itu masih sering dilihat dalam catatan aktivis dakwah di kampus hingga ke hari semasa.

Dek kerana kerapnya saya berprogram bersama pelajar universiti, saya terus menerus mengesan masalah ini berlaku di sana sini. Bahawa ramai pelajar yang bersemangat dan aktif dengan dakwah, kecundang di bilik darjah. Kecundang di dewan kuliah.

Apakah golongan yang kecundang akademik hanya dari kelompok dakwah?

Tentu sahaja tidak.

Mereka yang lemah di bidang pengajian atau mungkin terus gagal, terdiri daripada mereka yang beridentitikan pelbagai. Mungkin yang mabuk bercinta, mungkin yang kaki gig, mungkin yang tiada sebab apa-apa sekali pun. Punca kemunduran akademik memang pelbagai. Malah saya tidak terkejut jika ada pelajar yang kecundang pengajian hanya disebabkan oleh cuaca!

Tetapi apa yang ingin diperbahaskan kali ini adalah soal hubung kait aktiviti dakwah dengan aktiviti kuliah.

‘ESCAPISM’

Kenapa suka berdakwah tetapi lesu di bilik kuliah?

Di suatu ketika, saya pernah menyeru anak muda aktivis dakwah supaya mencari keseronokan di dalam mengerjakan amal Islami. Cari nilai untuk menyalakan KEINGINAN YANG MEMBARA. Jangan hanya bergantung pada soal kewajipan, tekanan suasana dan mengikut trend semata. Dakwah itu mesti inside-out. Ia harus datang dari kepercayaan diri bahawa setiap satu tugasan dakwah, menambah makna dan nilai dalam hidup.

Tetapi dalam masa yang sama, keseronokan dakwah itu jugalah yang kemudiannya menjadi salah satu sebab mengapa aktivis dakwah di kampus hilang minat dan tumpuan pada pelajaran. Mereka bertemu dengan kepuasan dan keinginan di dalam dakwah, tetapi tidak di bilik kuliah.

Sama sahaja… sama ada pelajar di bidang pengajian Islam, mahu pun sains atau undang-undang, ia boleh terjadi. Penyakit hilang minat dan keghairahan terhadap mata pelajaran di bilik kuliah sering berlaku.

Dakwah menjadi tempat mahasiswa dan mahasiswi ini melarikan diri dari tekanan, kebosanan dan segala perasaan negatif yang dialami semasa menghadiri kuliah, tutorial dan menyiapkan assignment. Segala perasaan yang tidak seronok lagi merimaskan itu, dapat dilupakan seketika semasa hadir ke dalam usrah, tamrin, ceramah, malah demonstrasi.

Bukan sahaja program dakwah harakiyyah, malah sebahagian pelajar lebih konsisten dan hadir dengan penuh minat ke kelas-kelas menadah kitab dan pengajian tidak formal tetapi mengabaikan kelas, peperiksaan dan tidak endah pada kemerosotan keputusan peperiksaan.

ALASAN

Melebihkan dakwah mengatasi pelajaran boleh berlaku atas sebab yang pelbagai.

“Ana tahu… dah duduk di universiti ni, mana ada yang lebih penting selain pelajaran. Tapi entahlah… macam dah tak ada mood nak study!”, kata seorang pelajar.

Alhamdulillah… biar pun tindakannya membelakangkan akademik itu salah, tetapi sekurang-kurangnya beliau mengakuinya. Menyedari bahawa dirinya sedang berdepan dengan masalah. Mudah-mudahan lebih jelas jalan untuk keluar dari kesulitan ini.

Tetapi, kebimbangan itu datang apabila pelajar-pelajar yang aktif dengan dakwah membelakangkan usaha dan ikhtiarnya di dalam pelajaran dengan kepercayaan yang salah. Kepercayaan yang disangkanya sebagai jalan beragama.

MENOLAK ‘ACUH TIDAK ACUH’

“Abang nak makan ayam masak merah”, kata seorang suami kepada isterinya.

Lalu si isteri ke dapur, digorengnya ayam, ditumisnya sos yang merah, dicampur keduanya dan dihidangkan di dalam pinggan percuma semasa membeli ubat gigi kotak besar.

“Suprani, bapak mahu makan ayam masak merah”, kata lelaki yang sama itu, kepada pembantu rumahnya.

Lalu si Suprani pergi ke dapur, digoreng ayam, dibuat kuahnya seelok mungkin, ditabur pula dengan daun sup, dihias dengan bawang besar, cili belah empat kembang bunga, dan dihidang di dalam pinggan Pyrex bersama nasi panas.

Agak-agaknya, tanpa perlu berbahas dan berdebat, kita sedia maklum yang tentu sahaja si lelaki itu tadi lebih berminat untuk makan ayam masa merah hasil masakan Suprani berbanding isterinya sendiri. Dua-dua ayam masak merah, tetapi ayam masak merah si isteri itu acuh tak acuh. Cincai kata sesetengah orang. Manakala ayam masak merah si pembantu rumah, biar pun yang memasaknya adalah pembantu rumah, tetapi kesungguhannya memasak menyebabkan lelaki itu lebih teruja untuk mencubanya.

Sifirnya mudah.

Tiada manusia yang suka dengan hasil kerja ala kadar, bagai melepaskan batuk di tangga. Dan sebelum kita sesama manusia lebih memilih hasil kerja yang ada nilai kesungguhan, Allah SWT itu sebagai Tuhan lebih Memandang hasil kerja dan ibadah hamba-Nya yang dilakukan secara yang terbaik. Optimum.

Itqan.

Seorang Muslim yang benar-benar menghayati nilai Islam dalam kehidupan seharian akan melakukan apa sahaja secara bersungguh-sungguh. Sama ada sebagai memenuhi kehendak habl min al-naas sesama manusia, mahu pun dalam menunaikan tanggungjawabnya pada habl min Allah!

Maka, bersifat ala kadar dalam menerima keputusan peperiksaan justeru ala kadar juga dalam membuat persiapan pengajian… bukanlah kualiti yang layak bagi seorang Muslim. Apatah lagi Muslim yang mahu memperjuangkan Islam.

Lupakah kita kepada firman Allah SWT:


“Sesungguhnya orang terbaik yang boleh engkau ambil bekerja adalah orang yang mempunyai kekuatan lagi amanah” [Al-Qasas 28 : 26]

Kesempurnaan pada kelayakan seseorang yang ingin diberi tugasan adalah gabung jalin yang kemas di antara integriti dan kompetensi. Bukan sahaja mempunyai kualiti akhlaq malah memiliki kemahiran, ilmu pengetahuan dan segala kekuatan yang diperlukan untuk sebuah tugasan.

Kita tidak mahu gerakan Islam dan barisan saf perjuangan Islam dipenuhi dengan longgokan sisa manusia yang tidak berkualiti. Membiarkan pencapaian masing-masing di dalam akademik pada tahap atas urat, adalah suatu pengkhianatan kepada ketinggian dan kemuliaan Islam.

KEPUTUSAN PEPERIKSAAN BUKAN SEGALANYA

Setuju. Saya setuju 100%.

Sebab itu saya tidak pernah mengajak kita mengukur kecemerlangan hanya berpandukan keputusan peperiksaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan peperiksaan, biar pun selalunya ia berpihak kepada yang tekun berusaha.

Kecemerlangan yang diperlukan ialah pada komitmen pelajar yang da’ie, menempuh proses pembelajaran, dan bukan hanya berorientasikan output. Maksud saya, sama ada seorang pelajar itu hadir ke kelas, mengikuti kuliah, membuat kajian, menulis assignment… itulah sebenar-benarnya penentu kecemerlangan. Segala proses itu penting kerana ia merupakan latihan sebenar kepada pemikiran dan daya ilmiah seorang pelajar. Di dalam kelaslah dia belajar berfikiran kritis, belajar bertemu dengan pandangan-pandangan yang berbeza, belajar bersoal jawab, belajar bertanya dan belajar menjawab… iaitu segala-galanya yang di kemudian hari menjadi asas terpenting untuk memimpin dan menerajui masyarakat.

Dan sudah semestinya, jika kelas dihadiri, kajian dibuat, menulis assignment diselesaikan, sedikit sebanyak ia akan menghasilkan natijah yang bagus di akhir musim peperiksaan.

Tetapi kalau kita berhasil menjawab keputusan peperiksaan hanya kerana ‘bernasib baik’ apabila soalan dihafal secara last minute, tetapi tidak ke kelas, tidak mengikuti PROSES pembelajaran, maka segala-galanya tidak ke mana. Lantas segenggam ijazah pun belum tentu ada nilainya!

Pendakwah yang mengkhianati proses pembelajaran semasa di alam menara gading, mereka amat berpotensi untuk masuk ke masyarakat dengan kualiti kepimpinan yang lemah… ekoran pemikiran tumpul yang tidak diasah semasa di alam belajar!

AKIBAT LEMAH AKADEMIK

Kadang-kadang kita menganggap akademik hanya sebagai wasilah. Sekadar tiket untuk memenangi kepercayaan masyarakat. Seumpama lesen.

Tetapi kita sering lupa, lemahnya penguasaan diri terhadap ilmu-ilmu di kelas akan memberikan implikasi yang buruk di masa hadapan… bukan hanya semasa alam pekerjaan bahkan boleh melarat hingga ke Akhirat.

Syariatullah

Pelajar pengajian Islam yang tidak menguasai pengajiannya akibat lemah tahap pembelajaran akan terdedah kepada jenayah di masa depan.

“Ustaz, apa hukumnya zakat KWSP?”, tanya seorang jemaah di surau.

“Alamak… itulah benda yang pensyarah bincangkan tapi aku tak pergi kelas masa tu!” rungut si ustaz di dalam hatinya.

“Err… saya rasa tak payah kot!”, jawab si ustaz ala-ala mujtahid.

Tidakkah perbuatan itu suatu pengkhianatan? Memberikan panduan muamalat yang salah kepada masyarakat, mengingkari Syariat Allah SWT lantaran kecuaian dirinya sendiri semasa di alam pembelajaran. Semasa belajar sudah biasa tak buat homework, bila berceramah pun tak buat homework.

Itu jenayah terhadap Syariatullah.

Sunnatullah

“Err, pesakit diabetik ni nak suntik 1 unit atau 10 unit atau 100 unit insulin ya?”, seorang doktor muda berteka-teki di dalam dirinya.

Akibat kemalasannya terhadap kelas pengajian, atau belajar secara ala kadar, beliau menyuntik pesakitnya dengan 100 unit insulin sedangkan peraturan tubuh badan yang ditentukan Allah SWT hanyalah pada kadar 6 ke 10 unit.

Pesakit mati mengejut akibat hipoglesimik.

Berdosa atau tidak? Jenayah atau tidak?

Dosa terbit bukan hanya kerana melanggar hukum Syariat tetapi juga hukum Sains. Seorang ustaz yang tidak berkompetensi, sama sahaja dengan seorang doktor, jurutera, atau apa sahaja pekerjaan profesional yang tidak berkompetensi.

Mencetus mudarat..

Maka ala kadar dalam menguasai bidang pengajian masing-masing bukan sekadar masalah sikap yang biasa. Ia mampu membunuh!

Ke mana anda mahu membawa dakwah jika duduk di tengah masyarakat sebagai ustaz yang tiada amanah ilmiah atau doktor yang tiada amanah yang sama?

You need to a flashplayer enabled browser to view this YouTube video
‘Berdosa’ mengabaikan Bahasa Inggeris?

ALLAH MESTI TOLONG

Akhirnya sampai kita kepada alasan paling biasa.

Kita manusia biasa, tetapi sering mengharapkan benda-benda yang luar biasa.

“Kalau kita tolong agama Allah, mesti Allah akan tolong kita!”, yakin benar seorang aktivis dakwah kampus berkata begitu.

Cuba perhatikan firman Allah SWT:


“Dan bertaqwalah kamu kepada Allah nescaya Allah akan mengajar kamu. Dan Allah itu Maha Berilmu terhadap segala sesuatu” [Al-Baqarah 2: 282]

Allah SWT berjanji akan membantu.

Tetapi syarat asasnya adalah TAQWA.

TAQWA itu adalah kepatuhan yang menyeluruh terhadap peraturan Allah SWT… meliputi Syariatullah dan Sunnatullah. Ia telah pun saya jelaskan dengan panjang lebar semasa memperkatakan tentang kualiti Muslim yang mesti bukan sahaja SYARIATIC (komited dengan Syariatullah) malah SCIENTIFIC (komited dengan Sunnatullah).

Jika kita baca sejarah perjuangan Rasulullah SAW, baginda tidak pernah mengambil jalan mudah memperalatkan statusnya sebagai seorang Rasul dan pejuang kebenaran untuk melengah-lengahkan persediaan. Tidak pernah baginda berkata “kalau Allah yang perintahkan aku berjuang, mesti Allah akan tolong menangkan aku!” Tidak sama sekali.

Biar pun sehimpun janji dikurniakan Allah bahawa kebenaran akan mengalahkan kebatilan, Baginda SAW sentiasa mengambil asbab kemenangan secara optimum.

Jika dianalisa peristiwa Hijrah, Baginda SAW telah mengatur sehebat-hebat strategi dan persiapakan untuk menjayakannya. Begitu juga dalam perang-perang yang lain. Strategi yang pada hari ini layak digelar sebagai SAINS KETENTERAAN.

Termasuk juga dalam soal pentadbiran, pengurusan dan kerja seharian. Baginda SAW tidak pernah memalaskan diri dalam ikhtiar dan usaha hanya kerana keyakinan bahawa “Allah bersama kita!”.


Gambar hiasan

Tetapi aktivis dakwah hari ini ramai yang mudah tersasar.

Mereka tanpa segan silu dan malu, merengek-rengek meminta kemenangan sedangkan ikhtiarnya tidak seberapa. Hanya kerana Allah menjanjikan kemenangan bagi pihak yang memperjuangkan kebenaran, mereka melengahkan usaha, tidak seperti orang tidak berTuhan yang tiada janji kemenangan! Pejuang kebatilan melakukan sepenuh daya upaya mereka untuk perjuangan mereka… kesungguhan yang sepatutnya menjadi isi dan kulit manusia berTuhan seperti kita.

BERLATIH MENGURUSKAN REALITI

Sesungguhnya aktivis dakwah di kampus yang gagal menguruskan pengajian di samping tugasan dakwah… mungkin bakal menjadi aktivis yang turut gagal apabila keluar dari kampus.

Tahun 2 pengajian jauh lebih sibuk dari tahun 1.

Tahun akhir jauh lebih sibuk dari tahun-tahun yang sebelumnya.

Bekerja sebelum pengesahan jawatan jauh lebih sibuk dari tahun akhir pengajian.

Bekerja selepas pengesahan jawatan akan disibukkan pula dengan alam berumahtangga. Dari satu emak satu bapa, menjadi dua emak dua bapa. Dari satu kelompok sepupu menjadi dua kelompok sepupu. Dari 5 jemputan kenduri semasa cuti bertambah menjadi 10… semua itu akan berterusan.

Tatkala komitmen semakin reda, jantung pula sudah lemah, darah sudah bertekanan tinggi, urat dan sendi sudah tidak sihat lagi.

TAMRIN DISIPLIN

Sesungguhnya keupayaan seorang pelajar menguruskan akademiknya adalah TAMRIN yang paling penting untuk menghasilkan kualiti pengurusan realiti yang diperlukan apabila pelajar ini meninggalkan alam pengajian.

TAMRIN itu adalah TAMRIN DISIPLIN. Latihan mendisiplinkan diri iaitu berusaha untuk mengawal diri agar komited melakukan perkara yang kita tidak suka, demi meraih apa yang kita suka, suatu hari nanti. Di samping beroleh keseronokan sebagai momentum di dalam dakwah, jangan lupa bahawa ada perkara tidak seronok yang perlu kita pelihara sebaiknya.


“Kamu diwajibkan berperang sedang peperangan itu ialah perkara yang kamu benci; dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya” [Al-Baqarah 2: 216]

Mungkin di alam TAMRIN akademik, bilik kuliah adalah medan perang yang kamu benci… padahal ia ditentukan Allah sebagai KEBAIKAN buat dirimu.

Berdisiplinlah!

p/s: pelajar yang enggan memikul amanah dakwah dengan alasan kesibukan akademik juga harus banyak berkoreksi dan memuhasabah diri…


~NAJAH~